Aku sedang mencari sosok Bell di antara jutaan orang di Pulau Dewata, Bali. Bell adalah kekasihku yang selama ini menghilang. Bell adalah seorang pengusaha ternama Ibu Kota. Ia mengawali kariernya dengan menjadi seorang sales di suatu produk makanan. Suatu ketika Bell di PHK. Karena, perusahaan dimana ia bekerja sedang mengalami kebangkrutan. Tetapi, semenjak di PHK Bell tidak pantang menyerah. Ia membuka usaha kecil - kecilandenganmenjual motor kesayangannya.
Selang beberapa bulan usahanya mulai sukses. Akhirnya, setelah dua tahun ia menggeluti dunia bisnis, ia mendapat penghargaan yaitu “The Best Bussiness Man”. Disitulah karier Bell mulai berkiprah.
Pada tanggal 31 desember 2009, aku dan Bell ingin merayakan tahun baru bersama. Aku dan Bell berkeliling di daerah kota wisata. Di sana kita melihat pertunjukan kembang api dan petasan yang sangat indah.
“ wah, lihat Bell indah sekali pertunjukannya” kata ku
“ iya, aku ingin berlama-lama di sini sayang” kata Bell
Tepat pukul 01.00 wib, aku mengajak Bell pulang.
“ Bell,ayo pulang udah jam berapa, nih ?” kata ku
“ oh, ya udah jam 01.00, ayo kita pulang’ kata Bell
Akhirnya, kita pulang. Bell mengantar ku sampai rumah.
“ terima kasih ya, Bell. Malam ini malam yang indah buat kita berdua” kata ku
“ iya sayang, kalau begitu aku pulang dulu, ya ?” kata Bell
Ketika di perjalanan pulang Bell kecelakaan. Bell di tabrak oleh truk kontainer dari arah yang berlawanan. Motor yang di kendarai Bell ditemukan di jurang. Sedangkan, jasad Bell tidak diketemukan. Kecelakaan tragis itu yang menjadikan Bell menghilang dan belum di temukan sampai saat ini.
Semenjak kejadian tragis itu, semua berubah. Papa Bell memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Karena, mama bell meninggal sebulan setelah kecelakaan tragis itu. Sedangkan aku, sibuk dengan pekerjaan ku sebagai sukarelawan di pelosok daerah.
Suatu hari aku ditugaskan untuk membantu anak-anak yang menderita indigo di pulau Dewata. Karena, saat ini anak-anak penderita indigo kurang diperhatikan. Hanya beberapa orang atau yayasan yang peduli terhadap penderita indigo. Oleh karena itu, aku bersedia melaksanakan tugas itu.
Selama di bali aku tinggal di gbuk kecil yang sudah lama yidak berpenghuni bersama ketiga temanku. Di sana kami tidur dengan beralaskan tikar dan hidup seadanya. Di sana kami bertemu dengan salah satu sukarelawan penderita indigo dari pilau Dewata. Ia bernama Bli Ketut. Bli Ketut adalah sukarelawan yang telah lama membantu penderita indigo.
Bli ketut adalah sosok yang baik, ramah, bijaksana, dan perhatian. Ia mengorbankan seluruh jiwa dan raganya demi orang-orang yang ada di sekelilingnya. Ia mengajarkan kepada kami bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat. Sikapnya itu ia wujudkan dengan mengasah potensi-potensi yang dimiliki penderita indigo, dan potensi inilah yang terus ia kembangkan
Ternyata, setiap anak penderita indigo mempunyai potensi yang berbeda. Ada yang pandai melukis, bermain musik,dan ada pula yang pandai melihat masa depan. Hasil karya penderita indigo juga tidak bagus dengan hasil karya seniman-seniman yang telah ‘ go internasional ‘. Hasil karya mereka mendapat apresiasi yyang luar biasa dari masyarakat. Kesuksesan ini adalah hasil kerja keras dari para penderita indigo, dan tidak luput sosok Bli Ketut yang menggali potensi mereka.
“ jujur, aku salut banget sama bli ketut” kata ku dalam hati. Tiba-tiba ada yang menepuk pundak ku dari belakang.
“ hey! Jangan ngelamun terus!” kata orang itu. Terkagetlah aku dan melihat kebelakang.
“eh, bli ketut bikin kaget aja! Kata ku. “abis dari tadi ngelamun aja, mikirin apaan sih?” Tanya bli ketut
“ oh, gak bli. Aku cumin kagum aja sama bli ketut.” Jawab ku
“ kagum? Kagum kenapa? ‘ Tanya bli ketut
“ abis bli ketut hebat! Bli bisa mengubah pandangan orang tentang penderita indigo. Pokoknya empat jempol deh buat bli ketut!” kata ku
“ ah, kamu bisa aja, kita ini kan hanya manusia biasa. Di sini bli hanya member motivasi kepada penderita indigo. Bahwa, mereka mempunyai potensi yang dapat dikembangkan seperti orang normal pada umunya.” Jawab bli ketut
Ketika aku sedang asyik ngobrol dengan bli ketut, tiba-tiba Celly salah satu temanku mengajak pulang ke gubuk. Karena, besok pagi kami ingin berwisata bersama sukarelawan lainnya, termasuk bli ketut. Sejak kejadian siang tadi aku masih terbayang-bayang sosok bli ketut. Aku merasa sosok bli ketut adalah sosok yang tidak asing bagi kehidupanku. Kehidupanku sewaktu Bell masih disisku.
Fajar sudah menampakan sinarnya. Waktunya aku bangun , mandi, sarapan, dan bergegas ke balai desa. Karena, di sana sudah ada sukarelawan lainnya dan bus yang menunggu untuk pergi berwisata. Sesampai di tempat tujuan para sukarelawan dibebaskan untuk pergi kemana sajandan dengan siapa saja. Tetapi, sebelum pukul 5 sore harus berkumpul di depan pintu masuk.
Tak ku sangka bli ketut mengajak ku untuk berwisata bersama. Tanpa berpikir anjang, aku terima ajakan bli ketut. Selama berkeliling kami saling berbagi informasi dan pengalaman. Setelah puas berkeliling aku dan bli ketut singgah di tepi sungai yang alirannya sangat merdu dan airnya pun jernih. Di sana kami bermain air, memancing ikan, dan berjalan bolak-balik menyebrangi sungai ndi atas batu-batu besar .
Tiba-tiba penasaranku terhadap bli ketut muncul.
“ apakah ini sosok yang selama ini ku cari? Bagaimana mungkin? Yang ku cari sosok bell bukan bli ketut! Tapi, aku merasa ada yang aneh dengan bli ketut.’ Kata ku dalam hati. Aku pun terus bertanya dalam hati dan rasa penasaran ku semakin kuat.
Akhirnya, aku meminta bli ketut untuk menceritakan kehidupan masa lalunya. Pada awalnya bli ketut tidak ingin menceritakan masa lalunya. Karena, menurut bli ketut malalunya adalah kenangan pahit yang pernah ia terima. Tetapi, dengan berat hati ia mau cerita karena, aku terus memaksanya.
Ketika ia sedang bercerita ada sesuatu yang membuatku yakin. Yakin kalau bli ketut adalah sososk yang selama ini ku cari. Tetapi, aku tidak ingin bertindak gegabah. Aku terus menjadi pendengar setia sampai bli ketut berhenti bercerita. Sekarang bli ketut yang menyuruhku bercerita tentang kehidupanku.
Aku mulai bercerita tentang kehidupanku. Tak lupa aku mencantumkan nama bell dalam ceritaku. Sosok bell yang selama ini ku cari. Ketika aku sedang bercerita tentang sososk bell kekasihku, wajah bli ketut berubah. Wajah nya merah dan matanya menatap ku dengan sorot sama ketika bell menatapku. Pancingan yang ia pegang, ditaruhnya begitu saja. Ia semakin menghayati cerita ku.
Tiba-tiba bli ketut memegang kedua pergelangan tangan ku dan ia berkata, “kamukah? Kamukah kekasih yang duluselalu ada di sisiku? Ketika suka ataupun duka. Jawab pertanyaanku!” bentak bli ketut
“maksud bli?’ tanyaku heran
“ iya, apakah kau wanita yang terakhir kali ku antar ke rumahmu ketika malam tahun baru 3 tahun lalu?” Tanya bli ketut
Aku pun semakin bingung dan rasa penasaranku semakin kuat. Akhirnya, aku mengucapkan nama yang selama ini ku cari.”
“Bell! Apakah kau bell?’ Tanya ku
“ bell ? iya, aku bell. Bell yang selama ini kau cari.” Jawab bli ketut
“ benarkah? Selama ini kau kemana saja, bell? Semua berubah semenjak kau menghilang!” kata ku
“ berubah bagaimana ?” Tanya bell bingung
Aku menjelaskan dan menceritakan tentang keadaan mama dan papa nya. Pada awal nya bell tidak percaya. Walau bagaimana pun semua telah terjadi, hanya penyesalan yang bell rasakan sekarang.
“ sayang, jujur aku gak tau haru ngomong apalagi. Semua telah terjadi. Hanya satu yang ada di hatiku. Aku tidak ingin menyesal untuk yang kedua kalinya.” Kata bell
“ menyesal untuk kedua kalinya?” tanyaku bingung
“ ya, aku tidak ingin orang yang aku cintai pergi lagi dari sisi ku. Aku harap kamu mau menjadi cinta ku yang terakhir dan untuk selamanya.” Kata bell sambil memeluk ku
“ pasti ! aku akan selalu ada di sisi mu, bell !” kata ku dalam hati